Senin, 19 Januari 2015

GANCARAN TEMBANG-TEMBANG MACAPAT

GANCARAN TEMBANG-TEMBANG MACAPAT



GANCARAN TEMBANG MACAPAT


Asmaradana
Gegarane wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Among ati pawitane
Luput pisan kena pisan
Yen gampang luwih gampang
Yen angel, angel kalangkung
Tan kena tinumbas arta

Gancarane : menawa pawitane wong rabi kuwi dudu bandha dudu rupa. Tegese dudu golek wong ayu, dudu wong sugih, dudu kawibawan, lan sapiturute. Ananging among ati pawitane. Atine sapa? Atine wong loro lanang lan wadon. Sebab jodho iku angel-angel gampang. Yen kena ya kena pisan, yen luput ya luput pisan. Ora bisa bola bali. Yen angel ya angel banget. Ora kena dituku nganggo dhuwit.


PANGKUR
Sekar Pangkur kang winarna
lelabuhan kang kanggo wong aurip
ala lan becik puniku
prayoga kawruhana
adat waton puniku dipun kadulu miwa ingkang tatakrama
den keesthi siyang ratri

Gancaranne :
tembang pangkur yang diciptakan
yang digunakan dalam kehidupan
baik dan buruk itu
sebaiknya ketahuilah
adat dan peraturan itu dilihat
dan juga tata krama
niatkanlah setiap hari siang, malam


DANDANGGULA
sakehing kan dumadi makardi
lir Hyang Widhi kan tansah makarya
nguribi jagad tan leren
surya, candra lan bayu, bhumi, tirta kalawan agni
peparing panguripan
mring pamrih wus mungkur
anane nuhoni dharma
iku dadya sastra cetha tanpa tulis
nulat lakuning alam

Gancaranne :
semua yang ada ini berkerja
bahkan Tuhan pun bekerja
menghidupi dunia ini tanpa henti
matahari, bulan, angin, bumi, air dan api
semua bekerja demi kelangsungan hidup tanpa pamrih
dasarnya hanyalah merasa wajib
alam adalah “ilmu nyata”
kita wajib meniru dharmanya

POCUNG
Bapak Pucung.
Cangkeme madhep mandhuwur.
Sabamu ing sendhang.
Pencoanmu lambung kereng.
Prapteng wisma.
Si pucung mutah guwaya.

Bapakpucung.
Renteng-rentengkoyokalung.
Dowokoyoulo.
Pencoanmuwesimiring.
Singdisobo.
Si pucung mung turut kutho.

GANCARANE :
Durung tak gawe…….

Tembang Gambuh

sekar gambuh ping catur
kang cinatur polah kang kalantur
tanpa tutur katula tula katali
kadaluarsa katutuh
kapatuh pan dadi awon

wonten pocapanipun
adiguna adigang adigung
adigang kidang adigung pan hesti
adiguna ula iku
telu pisan mati sampyuh
GANCARANE :
Pupuh yang pertama berisi tentang keutamaan sikap, bahwa dalam kehidupan ini kita harus saling menasehati dan mengingatkan. Yaitu menasehati dalam hal kebaikan agar jika ada kesalahan kita bisa memperbaiki dan kembali kepada jalan yang benar. Konteks dari pitutur itu bisa diterapkan dalam kehidupan berskala sempit maupun luas. Dalam keluarga, ayah sebagai kepala keluarga senantiasa menerapkan fungsi kontrol terhadap anggota keluarganya, istri dan anak-anaknya. Namun sebagai kepala keluarga pun tidak menutup kemungkinan untuk berbuat salah, di sini peran anggota keluarganya adalah untuk mengingatkan. Jika fungsi kontrol itu dapat berjalan dengan baik tentu akan tercipta keselarasan dalam kehidupan rumah tangga. Demikian pula dalam kehidupan bermasyarakat, sangat diperlukan petuah dan nasehat, terutama yang dipandang sebagai tokoh masyarakat menasehati kaum muda agar tidak terseret dalam arus yang negatif. Mengingatkan anggota masyarakat yang mlenceng dari norma dan aturan agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang sejahtera. Yang paling luas adalah terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Merupakan kewajiban kita warga negara memberikan kontribusi menjalankan fungsi kontrol terhadap para pemimpin negara agar keadaan negara yang sedang sakit ini tidak semakin terpuruk ke dalam kebobrokkan.

Pupuh yang kedua merupakan pitutur yang menggunakan contoh hewan yaitu, rusa, gajah, dan ular. Ular terkenal dengan kecepatannya berlari, gajah bertubuh besar dan kuat bertenaga sedangkan ular mengandalkan bisanya yang ampuh mematikan. Dikisahkan dalam pupuh tembang itu akhirnya ketiga hewan yang saling beradu kekuatan tersebut “mati sampyuh” alias tewas secara bersama. Pitutur tersebut mengisyaratkan bahwa manusia apabila mengandalkan kekuatan di dunia fana ini adalah tindakan yang sangat merugi, karena Sang Maha Pencipta memberikan kekuatan terhadap ciptaannya bukan untuk saling mencederai tapi untuk saling melengkapi. Penerapannya makna filosofinya juga dapat berskala kecil maupun besar. Untuk skala kecil tentu dapat dimaknai dengan kearifan kita masing-masing. Dalam skala besarnya, silakan tebak sendiri, dengan mengikuti trending berita saat ini. Semoga dengan mengungkapkan sedikit tentang tembang gambuh yang sarat pitutur ini ada manfaat bagi kita semua.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar